Ocehan Anak Ndeso

SENAJANaku iki anak e wong ndeso tapi otak tah kalah ama orang kota, pernah dengarkan kata-kata ini! Begitu juga dengan sepak terjang para politikus negeri ini yang telah banyak membuat sensasi-sensasi yang menggelitik. Wong ndeso pun sebenarnya udah tahu akan sepakterjang mereka para politikus yang gemar mengucapkan suatu yang selalu menyebut dan memperjuangkan rakyat dan mengatasnamakan rakyat. Udah sering rakyat di bohongi dan dikibuli oleh para politikus negeri ini, sebenarnya rakyat sudah muak melihat tingkah mereka apa lagi

DEN BAGUS

di saat mereka di depan kamera terlalu banyak akting bak artis film. Dimana sebenarnya otak mereka dimana nasionallisme mereka mengapa mereka malah menghancurkan negeri ini? Selama kurang lebih 350tahun kita di jajah oleh belanda dan Jepang tapi mereka masih meninggalkan Rel kereta api dan bangunan-bangunan lainnya yang masih bisa di pergunakan oleh oleh rakyat negeri ini! Tapi apa yang terjadi sekarang ini semakin banyak Parpol semakin banyak pula yang menjajah negeri ini! Wong ndeso yang selalu sabar dan hanya bisa meng elus dada dan hanya bisa berguman dalam hati “kau lahir di negeri ini tapi mengapa kau hancurkan negeri ini hanya karena nafsu duniamu” guman wong ndeso dalam hatinya. Bisakah negeri ini dan para penghuninya tidak berguman dalam hati dengan kejengkelan-kejengkelan yang telah di buat oleh para politikus negeri ini karena mulut dan hati para politikus itu tidak nyambung atau tidak konek. Apa yang mereka ucapkan tidak ada dalam hati mereka, dimana sebenarnya tempat hati mereka kalau memang ada dalam organ tubuh mereka tapi mengapa antara mulut dan hati selalu tak sama atau yang lebih krennya di sebut MUNAFIK. Ya sebagai wong ndeso hanya bisa berharap dan menginginkan suatu perubahan yang benar-benar semua penghuni negeri ini bisa menikmati hidup yang sesungguhnya dengan kemakmuran negeri ini. Dan mendapatkan seorang pemimpin yang benar-benar mempunyai nyali untuk memimpin negiri ini! sekedar ocehan wong ndeso jauh dari kerajaan politik negeri ini hanya mempunyai harapan-harapan semoga negeri ini tetap menjadi negeri Indonesia tidak akan tenggelam dan sirnah. Bangkitlah anak negeri jadikan negeri ini lebih bisa di banggakan dan bersanding dengan negeri-negeri lain yang telah lebih maju! Tetap semangat untuk membangun negiri ini walau hanya lewat ocehan ini! MERDEKA…………! (den bagus)

Walau kita wong ndeso jangan patah arang dan berkecil hati terus maju berjuang untuk negeri ini mari kita sandingkan negeri ini dengan negeri yang lebih maju dan bisa memakmurkan rakyatnya.

Salam dari penulis
DEN BAGUS

Dari Bengkel Center Body, Warnet, hingga Rental Mobil

SEMANGAT menggebu ditunjukkan Abdul Rahman Soleh bekerja di luar negeri. Gagal berangkat ke Brunei Darussalam sebagai mekanik dan Singapura sebagai awak kapal pesiar, tak membuat lulusan diploma satu salah satu kampus di Malang, Jawa Timur, itu patang arah. Keinginan Soleh pun akhirnya terwujud. Dia akhirnya bisa bekerja di Jepang. ’’Istilahnya kalau ke Jepang itu training. Saya ketika itu masih bujang, umur 21 tahun. Tujuan utama, cari pengalaman dan cari modal,’’ ujar anak terakhir dari 5 bersaudara itu.
Soleh yang lulusan pendidikan otomotif itu harus melalui beberapa tahap seleksi ketat sebelum dipilih berangkat ke Jepang. Ada tes fisik, kesehatan, psikologi. Pembekalan juga harus diikuti. Satu bulan di Surabaya, 3 bulan di Lembang, dan satu bulan di Jepang.’’Yang di Indonesia pembekalan secara umum, sedangkan di Jepang pembekalan spesifik, persiapan di mana pekerja akan ditempatkan. Peserta training juga wajib bisa berbahasa Jepang. Persiapan saya hanya habis sekitar Rp 3 juta-an. Itu untuk beli buku-buku sama untuk makan,’’ jelas pria kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, pada 1978, ketika dihubungi INDOPOS, Sabtu (9/7).
Soleh yang mengaku masih bisa berbahasa Jepang itu kontrak selama 3 tahun, mulai 2000. Namun, dia meneruskan bekerja hingga 2007 tahun. Alhasil, Soleh yang kini tinggal bersama keluarganya di Jalan Imam Bonjol, Tembarak, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, itu bekerja di kawasan Tokyo selama tujuh tahun.’’Di dua pabrik berbeda. 2000 hingga 2003 dan pindah pabrik hingga 2007. Tapi tetap bekerja di bagian permesinan,’’ imbuh pria yang menikah dengan perempuan satu kabupaten pada 2008 tersebut.
Dari hasil bekerja di Jepang itu Soleh dapat merajut harapan. Dia pandai menabung dan memanfaatkan hasil jerih payahnya dengan sebaik-baiknya. Dia sadar, tujuan merantau ke luar negeri adalah mencari modal.’’Lumayan lah kalau di kurs rupiahkan. Tapi harus pintar mamanaj uang. Kalau tidak bisa menabung, gaji banyak akan habis juga,’’ terang Soleh yang dikaruniai anak yang kini berusia 1,5 tahun tersebut.
Setelah dirasa cukup, Soleh memutuskan pulang ke Indonesia pada September 2007. ’’Mikir cari uang terus, ya tidak ada habisnya. Selain itu, kangen sama orangtua, karena tujuh tahun tidak pulang. Saya pulang untuk mulai usaha, ingin berwirausaha,’’ cerita Soleh yang sebelum pulang sudah membeli tanah kemudian membangun ruko untuk usahanya kelak setelah kembali ke Indonesia.
Meski pulang membawa modal cukup lumayan, Soleh mengaku sempat bingung. Selain harus adaptasi dengan lingkungan yang sempat ditinggalkan selama tujuh tahun itu, dia belum tahu apa usaha yang akan dirintisnya. Soleh pun silaturahmi ke sejumlah teman-temannya.’’Sharing dengan teman-teman yang sudah punya usaha. Akhirnya saya mulai usaha bengkel center body sepeda motor pada tanggal 1, bulan 1, tahun 2008. Tempatnya ya di ruko yang saya bangun. Sekarang sudah punya pasar, promosinya sekitar 8 bulan. Di situ juga saya tinggal. Kalau sebelum ke Jepang, saya tinggal bersama orangtua yang jaraknya sekitar 5 kilo meter dari ruko,’’ ungkapnya.
Tidak sedikit modal yang dikeluarkan untuk merintis bengkel center body tersebut. Ketika itu, Soleh membeli peralatannya di Jakarta seharga Rp 35 juta. Dia mencoba merintis usaha lain. Namun, beberapa usahanya tersebut tak sesuai harapan.’’Jatuh bangun. Seperti arisan motor yang gulung tikar. Sampai akhirnya saya buka warnet di ruko ini juga. Ada 5 unit. Warnet dimulai 1 tahun lalu. Sekarang juga rental mobil bekerja sama dengan orang lain. Sejak empat bulan lalu. Ada 5 mobil, kalau yang punya saya sendiri 1 mobil,’’ terangnya.
Dari usahanya tersebut, Soleh telah berhasil menciptakan lapangan kerja. Di bengkel center body, Soleh punya 3 tenaga kerja, sedangkan di warnet, dipekerjakan 1 orang. ’’Ke depan, saya ingin fokus di center body. Ingin buka cabang. Selain itu, saya ingin mengembangkan rental mobil,’’ ujar Soleh. Bagi Soleh, setelah bekerja di luar negeri, seseorang harus berubah. Oleh karena itu, harus punya niat dan tujuan yang jelas.’’Kalau tidak berubah, rugi. Ke luar negeri kan korban waktu, berpisah dengan keluarga, dan memeras tenaga,’’ imbuhnya.
Dia juga berharap, pemerintah lebih memperhatikan mereka yang bekerja di luar negeri. Dari pengalamannya bekerja di Jepang, ada kesan sekat-sekat. Perbedaan status sosial atau yang lainnya ketika di rantau, hendaknya dihilangkan. Ini sangat penting, karena sama-sama di rantau, meski tujuannya beda-beda.
’’Kalau di KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia, Red) atau perwakilan pemerintah Indonesia di luar negeri misalnya, antara mahasiswa dan TKI (Tenaga Kerja Indonesia, Red). Saya masuk kelompok TKI. Padahal angkatan saya ke Jepang itu lulusan diploma dan sarjana. Di Jepang yang sudah maju saja begini. Apalagi teman-teman TKI yang pendidikannya tidak tinggi dan pergi merantau ke negara-negara di luar Jepang. Yang jelas, pemerintah yang ada di sejumlah negara penempatan harus lebih perhatian kepada para TKI, terutama kalau ada persoalan-persoalan,’’ pungkas Soleh. (zul/indopos)